BUNG AYO BUNG BERBAGI KENANGAN

Halaman

Jumat, 25 Januari 2013

PROSES MEMBUAT FILM

Jumat, 25 Januari 2013

Desain Produksi
Pada tahap desain produksi ditentukan tujuan produksi, penentuan target-target, penyusunan kru, skeduling proyek, dan sebagainya. Tidak ada rumusan yang benar-benar baku pada tahap desain produksi ini, dan fleksibel tergantung skala proyek produksi. Pada dasarnya, desain produksi ialah tahap pendefinisian proyek sedemikian rupa dalam segala aspeknya sehingga kelak pada akhir proyek dapat menjadi rujukan, apakah proyek produksi yang telah dijalankan telah memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.
Contoh perumusan desain produksi, pada proyek produksi profil sebuah instansi, klik disini.
Tujuan Produksi
Misalnya, rencana produksi “profil video perusahaan ABCD” dirumuskan tujuan produksinya untuk memberikan sekilas pandang perusahaan tersebut dimana produk yang kelak dihasilkan akan dibagikan kepada para klien perusahaan serta para prospek klien. Tujuan produksi ini dapat pula dijabarkan secara lebih detil menurut prinsip tujuan komunikasi, dimana di dalam komunikasi setidaknya ada 5 aspek yang harus diperhatikan, yaitu komunikator, komunikan (audiens), materi komunikasi (pesan yang hendak disampaikan), media komunikasi, dan cara penyaluran pesan. Tujuan produksi dapat pula secara spesifik menyebut tujuan-tujuan tertentu, misalnya : tujuan mengikuti festival film Indie, tujuan komersial, tujuan presentasi, dsb. Bahkan untuk sebuah tujuan eksperimental pun, sebaiknya dilakukan perumusan agar perumusan tujuan produksi ini kelak dapat dipakai sebagai rujukan saat menulis jurnal/evaluasi kegiatan.
Pada proyek resmi dari instansi, tujuan produksi ini tercantum suatu Term of Reference (Kerangka Acuan Kerja).Klik disini untuk download contoh.
Penentuan Target-target
Ini masih berkaitan erat dengan perumusan tujuan di atas, tapi dengan memakai indikator yang lebih terukur.Misalnya, target keberhasilan penyampaian pesan, target pencapaian finansial, target pencapaian kualitas gambar, target jumlah audiens, dsb.
Penyusunan Kru
Berbeda dengan produksi film komersial (apalagi film Hollywood) yang dikerjakan oleh banyak kru dengan tugas dan keahlian masing-masing, suatu home video dapat dikerjakan oleh suatu tim kecil dengan tugas serba rangkap. Sejumlah aspek pekerjaan penting ialah produser, penulisan skenario, penyutradaraan, kameramen, pencahayaan, make up & wardrobe, penata artisitik dan editing. Tidak masalah dengan keterbatasan sumberdaya manusia yang dapat terkumpul di dalam kru produksi, yang lebih penting ialah adanya kejelasan soal pembagian tugas dan deskripsi job masing-masing. Misalnya dapat berbentuk tim kecil beranggotakan 3 orang, dimana seorang berperan rangkap sebagai produser/penulis skenario/penyutradaraan, seorang sebagai kameramen/editor, dan seorang sebagai lighting man/penata artistik.  Penjelasan lebih lengkap tentang susunan kru yang lebih ideal, klik disini.
Skeduling Proyek
Skeduling proyek memegan peranan yang amat penting dalam pencapaian efektivitas dan efisiensi produksi, terutama kegiatan produksi (shooting video) dimana terlibat banyak sumberdaya manusia, pemain dan peralatan shooting video yang digunakan. Idealnya, suatu pengambilan gambar telah direncanakan dan dijadwalkan pada tenggang waktu yang cukup sebelumnya sehingga semua pihak yang terlibat dalam shooting video tersebut dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menunaikan peran/tugasnya masing-masing, yang melibatkan kesiapan mental, fikiran dan peralatan. Skeduling proyek juga amat berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam produksi video untuk mengukur sejauh mana kemajuan suatu proyek pada saat-saat tertentu, agar dapat melakukan evaluasi proyek berjalan.Contoh skeduling proyek, klik disini.
Pembuatan Skenario
Pembuatan skenario, meskipun lazimnya dilakukan dalam proses produksi film komersial, namun dapat diadaptasi untuk proses pembuatan produk audio-visual lainnya dengan penyesuaian seperlunya. Hal ini dimungkinkan karena film dibuat untuk menyampaikan pesan komunikasi secara visual, sebagaimana di sini kita akan membuat sejumlah produk video juga sebagai media untuk menyampaikan pesan komunikasi. Prinsip-prinsip umum di bawah ini kelak akan dibahas lagi secara singkat cara penerapannya dalam konteks produksi masing-masing produk video di bagian ragam produksi.Empat aspek dalam penulisan skenario :
1. Konsep cerita, dirumuskan dalam sebuah kalimat tunggal yang menjelaskan tokoh utama dalam film dan apa yang ingin diperbuat atau diperjuangkannya.
2. Karakterisasi (perwatakan), yaitu tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita. Setiap tokoh dijelaskan karakter dasarnya dengan penekanan penjelasan pada tokoh-tokoh utama. Perbedaan karakter ini akan memainkan peranan penting yang melatarbelakangi bagaimana setiap tokoh bersikap dan bertindak tentang suatu isu/masalah. Seperti kita ketahui, sekelompok manusia dapat bersikap dan melakukan tindakan yang sama meski masing-masing memiliki pikiran/motivasi yang berbeda. Sebaliknya, sekelompok manusia dapat bersikap dan melakukan tindakan yang berbeda meski memiliki kesamaan pikiran/motivasi.Dengan demikian dapat dipahami bahwa kombinasi karakter dan isu yang unik dapat melahirkan cerita yang menarik.
3. Alur cerita; rangkaian kejadian dan hubungannya dengan karakter. Bagaimana kejadian demi kejadian dirangkai menjadi suatu cerita akan amat menentukan keberhasilan terjalinnya cerita yang menarik. Contoh : sebuah film yang diawali adegan pembunuhan sadis oleh seseorang terhadap korbannya yang “tak bersalah” akan menimbulkan rasa penasaran pemirsa, ketimbang jika lebih dulu ditampilkan gambar kejadian yang menyajikan fakta bahwa pada masa kecilnya si pembunuh tersebut seringkali mendapat penyiksaan dari orangtuanya sehingga ia menderita kelainan jiwa. Untuk memancing proses kreatif dalam menyusun alur cerita, dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut : “bagaimana jika hal buruk ini terjadi, yaitu hal yang merintangi usaha tokoh utama mencapai tujuannya? bagaimana pula jika terjadi hal lain lagi?” Kejadian demi kejadian ini juga harus dapat membangun emosi pemirsa, misalnya karena secara bergantian adegan-adegan kejadiannya mengandung ketegangan, tawa dan airmata.
4. Perancangan adegan per adegan; rangkaian rencana pengambilan gambar yang meliputi dialog, akting, set properti, setting lokasi, dsb. Dapat dengan mudah dibayangkan tentang suatu cerita yang memiliki konsep cerita, karakterisasi dan alur cerita yang menarik, tapi lantas berakhir menjadi film yang buruk karena kelemahan dialog, akting, setting lokasi dan properti?
Penulis skenario yang berpengalaman pun belum tentu dapat menulis skenario “sekali jadi”.Yang lazim terjadi ialah dibuatnya “draft skenario” untuk kemudian dipelajari lagi demi mendapatkan ide-ide pelengkap untuk finishing pembuatan skenario tersebut.Bahkan bagi skenario yang sudah jadi pun, terjadinya revisi skenario merupakan hal yang lumrah terjadi. Sejumlah pertanyaan berikut ini harus dipertimbangkan saat menulis skenario, baik tahap awal maupun tahap lanjutan :
1.  Siapakah yang punya cerita ini? Tokoh utama dengan isu pokoknya harus jelas, jangan sampai tokoh pendukung memiliki karakterisasi lebih kuat dengan isu yang lebih menarik.
2.  Dari sudut pandang cerita siapa film akan dibuat, apakah dari tokoh utama, atau pihak ke-2 (orang yang diajak berdialog langsung oleh tokoh utama), atau dari pihak ke-3 yang mengamati tokoh utama dari luar.
3.  Di mana bagusnya adegan akan berawal, dimana pula akan berakhir?
4.  Apa poin-poin dari tiap adegan yang dirancang, akan mengarah ke mana?
5.  Apa informasi terpenting yang diperlukan pemirsa dari suatu adegan tertentu?
6.  Apakah adegan tertentu benar-benar berkaitan dengan cerita, dan menggerakkan cerita menuju akhir? Jika tidak, adegan ini berpotensi “melambatkan cerita” dan menimbulkan kebosanan kepada pemirsa.
7.  Selalu mengingat bahwa adegan ialah bahasa gambar. Idealnya, gambar murni yang tanpa dialog sudah bisa menyampaikan pesan komunikasi yang hendak disampaikan.
8.  Selalu mengingat untuk “mengolah gambar”, “merancang konflik”, dan “membaur emosi”
9.  Bagaimana membuat keterkaitan yang menarik antar satu adegan dengan adegan lainnya?
10.              Apakah terjadi perulangan adegan? Adegan yang benar-benar sama tentu saja hampir mustahil terjadi. Yang dimaksudkan disini ialah terjadinya sejumlah adegan yang sebenarnya mengandung pesan komunikasi yang mirip/sama. Saat pemirsa melihat suatu adegan lalu berhasil menangkap pesannya, lalu kepadanya disuguhkan adegan lain yang baginya punya pesan yang sama dengan adegan sebelumnya. Tentu saja ia akan menjadi bosan.
11.              Apakah adegan datar (minim konflik, minim emosi, minim informasi)? Jika ya, bagaimana caranya agar timbul suatu yang dramatis atau luarbiasa terjadi, bahkan dari “hal-hal yang sepele atau biasa?”
12.              Apakah pemirsa akan tertarik dengan semua rangkaian gambar ini?
Sumber Potensi Kreatif bagi Penulisan Skenario
Salahsatu wujud kreativitas ialah kemampuan memilih antara mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dirangkai dalam suatu cerita.
1.  Penggalian fakta terhadap setting cerita dan karakter yang akan di-skenariokan. Misalnya, penulisan skenario film “Slumdong Millionaire” tentu mustahil dilakukan jika tidak melakukan riset terhadap bentuk kehidupan miskin di India.
2.  Penggalian pemahaman dan pengetahuan yang telah ada. Penulis skenario sebelumnya telah memiliki nilai-nilai dan pemahaman tertentu atas isu tertentu hasil dari kehidupannya selama ini. Hal ini dapat digali untuk mendapatkan hal-hal menarik (mungkin ironi) dibandingkan dengan fakta yang telah digali.
3.  Penggalian imajinasi. Bagaimana suatu masalah dapat timbul dan terselesaikan dari benturan nilai-nilai dan kepentingan yang sudah ada atau potensial terjadi.
Format Skenario
Perancangan skenario sendiri lebih berupa “aspek mental yang abstrak” dari seorang penulis skenario yang dapat dituangkan ke dalam berbagai bentuk (tulisan) sesuai keperluannya.Pada produksi sebuah film, skenario dituangkan dalam format standar tertentu yang dimaksudkan agar kru produksi yang terlibat mengetahui perannya masing-masing saat pengambilan gambar. Namun untuk sebuah produk skala kecil dengan tim kecil, skenario dapat diadaptasi menjadi rumusan bersama yang sederhana, asal dapat dimengerti dan menjadi acuan kerja kru produksi (misalnya kameramen, sutradara, lighting man). Contoh skenario sederhana pada workshop film pendek “Suster Mengaku Hantu”, klik disini.
Storyboard
Storyboard ialah rangkaian gambar ilustrasi yang berusaha menjelaskan bahasa tulisan skenario ke dalam bahasa visual. Adegan demi adegan cerita yang sebelumnya telah dirumuskan dalam skenario diterjemahkan menjadi gambar oleh sutradara dengan bantuan kameramen dan storyboard artist, sedemikian rupa sehingga dalam potongan-potongan gambar ilustrasi yang dihasilkan terhimpun informasi tentang para pelaku adegan, adegan yang dilakukan, lokasi dan properti, sudut pengambilan gambar, dan sebagainya.  Pada kenyataan dalam praktek, keberadaan storyboard merupakan “barang mewah”, yaitu meskipun memang dirasakan manfaat besarnya, namun kesulitan pengerjaannya membuat suatu tim produksi sering mengabaikannya dengan melewati proses ini, dan menyerahkan pelaksanaan shooting video kepada kemampuan langsung di lapangan. Salahsatu kendala yang sering dihadapi ialah tidak tersedianya tenaga ilustrator gambar.Contoh storyboard film pendek “Suster Mengaku Hantu“, klik disini.
Layout
Layout ialah bentuk lanjutan dan terakhir dari kegiatan pra produksi.Di sini, gambar-gambar storyboard dirangkai dalam suatu kegiatan editing video, sesuai skenario (di-scan sebelumnya), bagaikan hasil shooting video yang sudah selesai diambil. Elemen-elemen lain ditambahkan seperlunya sekedar untuk mencari gambaran awal dari “produk yang telah selesai”, misalnya dubbing narasi dan musik ilustrasi.  Hasil akhir layout ini dapat berupa file video yang dapat disaksikan bersama oleh kru produksi dan klien, jika ada. Layout ini amat bermanfaat, antara lain :
1.  Kru produksi (maupun klien) mendapat gambaran yang lebih jelas tentang produk yang akan dihasilkan. Banyak  orang yang daya imajinasinya tak cukup tinggi untuk bisa membayangkan hasil akhir sebuah produk dari sebuah skenario, yang mengerti tentang rencana produksi dengan adanya layout ini.
1.  “Pace” dari video dapat terasa. Idealnya, video menyampaikan pesan/informasi yang berkembang setiap saat dengan kecepatan yang tepat. Video yang “terlalu cepat” akan membingungkan pemirsa, sedangkan yang terlalu lambat akan membuat pemirsa bosan dan bahkan tertidur. Jika disadari pace yang kurang sesuai, akan menjadi catatan dalam kegiatan editing video kelak, untuk memanjangkan atau menyingkat adegan-adegan tertentu dalam rangka perbaikan pace ini.
    Peran ilustrasi musik terhadap pembentukan mood video dapat terasa, dan editor dapat ber-eksperimen dengan backsong yang akan digunakan kelak.
    Secara teknis, pembuatan layout ini juga amat membantu editor kelak saat berkegiatan editing video. Karena potongan gambar ilustrasi tersebut sudah diatur tempat dan durasinya sedemikian rupa sehingga kelak hanya tinggal diganti dengan hasil shooting video.
Secara mental, kru produksi akan merasa bahwa “video sudah hampir selesai”, dan tinggal mengisi potongan-potongan gambar ilustrasi tersebut dengan hasil shooting video.

perkembangan media masa.



Telah kita ketahui bahwasannya sebagai insan manusia perlu adanya sebuah komunikasi. Dimana komunikasi itu tidak hanya dalam arti kata berbicara dengan lawan bicara. Dari komunikasi tersebut, tentu kiranya kita memiliki tujuan untuk mendapatkan sebuah informasi.

Berdasarkan informasi yang saya dapat dari Link http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.

media massa di bagi menjadi 2 jenis!!!

1. Media massa tradisonal
    a. surat kabar         
        Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca.
   b. Radio
       Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
   c. Majalah
      Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi.
   d. Televisi
       Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom ("hitam putih") maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. "Televisi" juga dapat diartikan sebagai kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
2. Media massa modern
    a. Telepon selular
        Telepon genggam (telgam) atau telepon selular (ponsel) atau handphone (HP) atau disebut pula adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access).
    b. Internet
        Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.

Perkembangan Teknologi Komunikas



1.1    Latar Belakang Masalah
Perkembangan media teknologi saat ini semakin banyak dalam kehidupan sosial masyarakat, seperti semakin meluasnya penggunaan internet dan handphone. Awalnya perkembangan teknologi tersebut adalah untuk mempermudah manusia dalam melakukan berbagai hal. Tapi, belakangan justru malah menimbulkan masalah dalam kehidupan sosial, contoh kecil adalah banyak terjadi timbul kasus yang disebabkan oleh media jejaring sosial facebook dan twitter. Ini adalah dampak dari penggunaan media teknologi informasi.
Dalam sejarah masyarakat, manusia menandakan penggunaan media komunikasi oleh manusia untuk mengatasi jarak yang lebih jauh satu dengan yang lainnya, yang tidak mungkin dicapai hanya dengan berbicara dalam jarak yang normal. Menurut O’Breien (dalam Bungin 2009) perilaku manusia dan teknologi memilikki interaksi dalam lingkungan sosioteknologi. Ada lima komponen perilaku manusia dan teknologi dalam berinteraksi meliputi : (1) struktur masyarakat, (2) sistem dan teknologi informasi, (3) masyarakat dan budaya, (4) strategi komunikasi, (5) proses sosial.
Penggunaan media teknoloi komunikasi di dalam kehidupan pribadi masyarakat sekarang ini dapat dilihat dari banyak digunakannya personal komputer (notebook) dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan mudah dapat dilihat masyarakat, khususnya pada masyarakat perkantoran yang menggunakan telepon seluler (handphone).
Tahun 2008 adalah tahun dimana Indonesia telah memasuki era globalisasi. Sebuah zaman dimana masyarakat harus bisa mengunakan teknologi multimedia yang baru. Mau tidak mau kita harus menjalaninya. Tidak hanya itu dunia penyiaran juga meningkat. Terhitung lebih dari 10 stasiun televise menghiasi layar kaca televise kita.itu belum termasuk televise daerah.
Dari stasiun televisi itu mereka menawarkan acara-acara yang mereka prediksi sangat dibutuhkan oleh masyarakat informasi. Mulai dari acara hiburan,olahraga, dll. Dampak positifnya masyarakat menjadi punya banyak pilihan acara. Jadi kalau mereka bosan mereka tinggal pindah channel. Dampak negatifnya kemungkinan akan terjadi persaingan yang tidak sehat diantara stsiun televise-televisi itu. Sebut saja MNC(RCTI,TPI,Global TV) dengan Duo Trans(Trans TV, Trans 7).memang kita belum dengar ada berita yang kurang menyenangkan dari dampak itu tapi kemungkinan itu masih akan mungkin terjadi. Tidak hanya itu masyarakat pasti juga akan bingung jika acara televise pada saat itu sedang bagus.

1.2    Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
a.  Apa konsekuensi Media Massa ( TV , Radio ) bagi Masyarakat ?
b. Apa konsekuensi Media Teknologi Komunikasi bagi Masyarakat ?

1.3    Tujuan Pembahasan
Dari paparan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah untuk :
a.   Mengetahui konsekuensi Media Massa ( TV, Radio ) bagi Masyarakat
b.   Mengetahui konsekuensi Media Teknologi Komunikasi bagi masyarakat

2.1   Konsekuensi Media Massa ( TV , Radio ) bagi Masyarakat
Perkembangan teknologi telah sedikit mengalami kemajuan yang selangkah lebih baik lagi, misalnya bentuk komunikasi dalam huruf pictograf yang digunakan oleh bangsa Sumeria, Hierogliph oleh bangsa Mesir Kuno. Pada masa itu kedua jenis huruf ini juga sering digunakan ketika raja memberikan peraturan semacam tata tertib bagi masyarakatnya yang di pasang di tengah-tengah kota dimana bentuknya seperti bangunan tugu, yang dikenal sebagai UU berbentuk tugu peringatan.
      Kemajuan dari teknologi komunikasi dirasakan lebih baik lagi setelah ditemukannya kertas oleh Bangsa Cina yang terbuat dari serat daun Papyrus. Perkembangan ini bahkan sampai sekarang ini masih digunakan dan sangat dirasakan manfaatnya bagi umat manusia. Misalnya kertas digunakan dalam mencetak koran atau surat kabar, majalah, buku dan lain sebagainya.
Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat modern ada enam perspektif dalam hal melihat peran media.
Pertama, melihat media massa sebagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Ketiga, memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian. Keempat, media massa acapkali pula dipandang sebagai penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternative yang beragam. Kelima, melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik. Keenam, media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif. Pendeknya, semua itu ingin menunjukkkan, peran media dalam kehidupan social bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa.
Bertolak dari besarnya peran media massa dalam mempengaruhi pemikiran khalayaknya, tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada massa akan datang harus dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang tak terelakan lagi. Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature terjadi, sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor. Belum lagi membajirnya program-program tayangan dan produk rekaman tanpa dapat dibendung. Lantas bagaimana bagi negara berkembang seperti Indonesia menyikapi fenomena transformasi media terhadap perilaku masyarakat dan budaya? Bukankah globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, Koran, buku, film, vcd dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan masyarakat? Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalamai serbuan yang hebat dari berbagai produk. Atau disebut juga Indonesia sedang kebanjiran informasi atau Overload.
Belum lagi beredarnya VCD porno yang sekarang beredar dimana-mana. Hal itu juga bisa menjadi dampak media. Walaupun media pornografis bukan barang baru bagi Indonesia, namun tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia sebagai “surga pornografi” karena sangat mudahnya mendapatkan produk-produk pornografi dan harganya pun murah. Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat yang tidak bertanggungjawab, untuk menerbitkan produk-produk pornografi. Mereka menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang dijamin sebagai hak asasi warga Negara dan tidak dikenakan penyensoran serta pembredelan. Padahal dalam undang-undang pers hal itu pasti sudah diatur. Dalam media audio-visualpun, ada Undang-undang yang secara spesifik mengatur pornografi. Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga negara mampu menilai sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Begitulah, misalnya, banjir informasi dan budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku. Terutama masalah pornografi, dimana sekarang wanita-wanita Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam berbusana cenderung minim, kemudian ditiru habis-habisan. Sehingga kalau kita berjalan-jalan di mal atau tempat publik sangat mudah menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim mengumbar aurat. Di mana budaya itu sangat bertentangan dengan norma yang ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini. Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang Indonesia. Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang berbagai sepak terjang masyarakt yang berperilaku tidak semestinya. Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang Yudoyono, menyarankan agar televisi tidak menayangkan goyang erotis dengan puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa, banyak televisi yang akhirnya tidak menayangkan para artis yang berpakaian minim.

2.2  Konsekuensi Media Teknologi Komunikasi Informasi bagi Masyarakat
Penggunaan media teknologi komunikasi oleh masyarakat sekarang ini bisa berdampak positif maupun negatif. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat adalah sebagai berikut. (a) dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, (b) memfasilitasi interaksi antarindividu, (c) memperkaya pengalaman belajar nilai – nilai sosial, (d) mempu mengubah suasana beajar nilai – nilai sosial budaya menjadi aktif, (e) meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dan (g) mempermudah pengirian dan penerimaan informasi.
Fasilitas media teknologi komunikasi memudahkan orang untuk saling berinteraksi, meskipun dipisahkan oleh jarak geigrafis, tetapi dengan bantuan media , interaksi dapat dilaksnakan dengan mudah. Misalnya, penggunaan media internet telah tebukti mampu menjembatani interaksi antarmanusia secara massal. Dengan adanya interaksi tersebut, proses transaksi pesan akan diikuti oleh transaksi nilai – nilai sosial budaya.
Adanya media teknologi komunikasi setiap orang memiliki kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar nilaai – nilai sosial budaya orang lain, misalnya dengan menonton siaran televisi, indovidu memperoleh pengetahuan nilai – nilai sosial budaya yang dianut oleh masyarakat lain.
Sementara itu, beberapa dampak konsekuensi negatif p-engggunaan media teknologi komunikasi pada masyarakat meliputi : (1) hilangnya kesempatan berkomunikasi interpersonal, (2) mempertajam kesenjangan , (3) penggunaan media komunikasi dapat mengancam privacy, (4) seringkali terjadi pemborosan, (5) ketergantungan terhadap sistem dan kerentanan sistem, dan (6) kejahatan dan penyalahgunaan komputer.
Konsekuensi sosial dari perkembangan teknologi informasi bisa dilihat pada perubahan hubungan individu dengan individu, individu dengan komunitas , individu dengan media massa , komunitas dengan media massa, dan komunitas dengan lembaga sosial.

Kesimpulan
Sekarang di Indonesia telah memasuki era Globalisasi. Kita tidak mungkin untuk mengelak. Melalui media massa pun, kita dapat membangun opini publik, karena media mempunyai kekuatan mengkonstruksi masyarakat. Misalnya melalui pemberitaan tentang dampak negatif pornografi, komentar para ahli dan tokok-tokoh masyarakat yang anti pornografi atau anti media pornografi serta tulisan-tulisan, gambar dan surat pembaca yang berisikan realitas yang dihadapi masyarakat dengan maraknya pornografi, maka media dapat dengan cepat mengkonstrusikan masyarakat secara luas karena jangkauannya yang jauh. Dalam Sosiologi Komunikasi, dikenal adanya opinion leader atau pemuka pendapat. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak laku dalam cara-cara tertentu. Melalui pemuka pendapat seperti tokoh agama, sesepuh desa, kepala desa, pesan-pesan tentang bahaya media pornografi dapat disampaikan.
Tapi yang lebih penting lagi adalah ketegasan pemerintah dalam menerapkan hukum baik Undang-Undang Pers, Undang-undang Perfilman dan Undang-Undang Penyiaran secara tegas dan konsiten di samping tentu saja partisipasi dari masyarakat untuk bersam-sama mencegah dampak buruk dari globalisasi media yang kalau dibiarkan bisa menghancurkan  negeri ini.



Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001).
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek (1) penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal (Liliweri, 2001).
Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi.
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama. Media massa merupakan jenis sumber informasi yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalam proses adopsi inovasi (Fauziahardiyani, 2009)

 
Kenangan di buang sayang © 2008. Design by Pocket